Sabtu, 29 Mei 2010

Suhu

Suhu merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda yang menentukan banyaknya bahang yang dihasilkan oleh energi kinetika rata-rata atau kecepatan molekuler dan arah aliran bahang ketika benda tersebut berada pada kontak panas dengan benda lain. Bahang mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah (Hutagalung 1988). Fungsi dari suhu di perairan laut sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan ada tidaknya perubahan suatu ekologi, suhu di lautan sangat dipengaruhi oleh pergerakan massa air laut.
Sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dari bumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.003 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini sampai ke permukaan laut dan akan diserap oleh massa air (Dietrich, 1976). Daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Keadaan suhu pada umumnya Teluk Palabuhan Ratu dan sekitarnya berkisar antara 28oC sampai 31oC sebagaimana suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Pada Teluk Palabuhan Ratu variasi suhu lapisan permukaan adalah 21oC (Pariwono et al. 1988).
Di perairan Indonesia sebaran suhu secara vertikal terbagi atas tiga lapisan, yaitu lapisan hangat di bagian paling atas (lapisan epilimnion) dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin (lapisan hipolimnion) di mana suhu air laut konstan sebesar 4oC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1oC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji 1987).












Gambar 2. Sebaran Suhu Vertikal
Sumber: Russell (2007)
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suatu perairan suhu akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam perairan (Hutagalung 1988). Perubahan suhu air laut berdasarkan kedalaman dipengaruhi variabilitas terhadap jumlah bahang ruang yang diserap, efek dari kondisi bahang, perpindahan massa air laut, dan gerakan menegak massa air laut (King 1983).
Distribusi suhu horizontal pada perairan samudera bervariasi sesuai dengan garis lintang (Nybakken, 1988). Secara horizontal, suhu semakin rendah seiring dengan meningkatnya lintang di bumi. Daerah-daerah yang paling banyak menerima bahang adalah daerah-daerah yang terletak pada 10o LU-10o LS. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi akan ditemukan di daerah sekitar khatulistiwa. Jumlah bahang yang diserap oleh air laut pada suatu lokasi semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub atau dengan kata lain lokasi yang letak lintangnya semakin tinggi (Hutabarat 1986).













Gambar 3. Sebaran Melintang Suhu Permukaan
Sumber : Anonim 2007
Suhu permukaan air dipengaruhi oleh kondisi meteorologis. Faktor-faktor yang berperan antara lain curah hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, kecepatan angin, intensitas radiasi matahari. Kondisi suhu permukaan laut juga sangat bergantung pada dinamika gerakan masaa air laut, yaitu pola arus permukaan, naiknya massa air (up welling), divergensi, dan konvergensi, turbulensi, serta sirkulasi global dari lintang tinggi ke lintang rendah dan sebaliknya (Davis 1991). Faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara dan penutupan awan (Hutabarat et al. 1986). Suhu di bawah permukaan air laut berubah menurut kedalaman, sirkulasi udara, turbulensi, letak geografis, dan jarak dari sumber penghasil bahang seperti gunung vulkanik (Dietrich 1976).

Map Info

MapInfo merupakan salah satu perangkat lunak pemetaan (SIG) desktop yang dikembangkan dan kemudian dipasarkan untuk memenuhi (sebagian besar) kebutuhan-kebutuhan di lingkungan bisnis. Perangkat SIG yang versi 7.5 profersionalnya di-release tahun 2003 ini memungkinkan para penggunanya untuk memvisualisasikan dan menganalisa data-data yang menjadi masukannya secara geografis lebih cepat dan menyediakan informasi yang diperlukan di dalam proses pengambilan keputusan.
Sementara itu, karena cukup powerfull, fungsionalitasnya sesuai dengan kebutuhan, dan harganya yang relatif murah, MapInfo banyak digunakan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an hingga pasa saat ini sejak versi DOS hingga Windows. Selain itu MapInfo juga termasuk (dari sebagian kecil) perangkat lunak SIG yang paling popular di Indonesia, bahkan orang Indonesia sudah sangat familier dengan produk ini.
MapInfo dengan komitmen dalam bidang garapannya, saat ini menjadi salah satu produk perangkat lunak SIG yang paling sukses di pasaran.
 MapInfo tersedia di dalam 16 versi bahasa yang berbeda
 MapInfo telah terjual ratusan ribu copy di dunia
 MapInfo menjadi perangkat lunak standard untuk pemetaan di lingkungan pemerintahan Australia.
 MapInfo, secara defakto, menjadi perangkat lunak standard untuk aplikasi-aplikasi telekomunikasi.
Amerika Serikat menggunakan kekuatan teknologi location intelligence milik MapInfo untuk sharing dan kolaborasi informasi. Dengan MapInfo, sector publik mendapatkan berbagai perspektif informasi dengan cara visualisasi, analisis, dan penyebaran.


2.2 MapInfo professional 7.5
MapInfo professional versi 7.5 hadir bersama dengan segala fungsionalitas yang telah dimiliki oleh versi-versi sebelumnya dan kemudian mengalami perbaikan yang akhirnya memiliki beberapa feature baru.
2.2.1 Kelebihan MapInfo
Dari feature-feature yang dihadirkan oleh MapInfo, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
 Dilengkapi dengan interface yang memungkinkan para penggunanya untuk menggunakan peta-peta digital yang tersebar di dalam jaringan computer local bahkan internet.
 Dapat menentukan resolusi tampilan peta digital sesuai resolusi layar monitornya.
 Memiliki fasilitas untuk menigkatkan resolusi tampilan peta-peta tiga dimensi.
 Memiliki fasilitas scale pattern yang dapat digunakan untuk menghasilkan print-out peta digital berwarna yang kualitasnya sedekat mungkin dengan tampilan softcopy-nya.
 Memiliki fasilitas untuk menampilkan atau menghilangkan dengan cara menekan tombol “C” pada saat kursor berada diatas tampilan peta cross-hair yang besar.
 Memiliki fasilitas untuk mematikan zoom-layering pada saat pengguna menambahkan objek hingga objek geografis terkait dapat terlihat jelas.
 Mempunyai ukuran memori untuk fungsionalitas undo maksimum 10.000.000 kilo bytes.
 Memiliki dukungan Cogoline : tool yang di sebut “Create Line by Length” yang dapat menggambarkan sebuah garis dengan panjang dan sudut tertentu.
 Mendukung file Excel dengan ukuran besar lebih besar dari 64 kilo bytes.
 Memiliki perbaikan pada algoritma proyeksi KKJ dengan menggunakan rumus konversi yang didaoat dari National Land Survey of Finland.
 Mampu membersihkan nama workspace, untuk mencegah kemungkinan penimpaan file yang tidak diinginkan.
 Dukungan Line Snap: tool yang digunakan untuk men-trim atau meng-extend sebuah garis yang berpotongan dengan hgaris lain.
 Membantu pengguna dalam merubah judul window-window Map, Browser, Graph, Layout, dan Redistrict dengan menggunakan tool “Window Manager”.

Jaring

Jaring merupakan susunan mata jarring dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi yang di bentuk dari juraian atau gabungan suatu yarn atau system yarn yang terdiri atas satu system yarn atau lebih. Bahan pembuat jarring dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu bahan serabut alami (natural fibres) dan serabut buatan (man made fibres). Bahan yang terbuat dari serabut alami, dikatagorikan menjadi serat yang terbuat dari tumbuhan dan serat yang terbuat dari hewan. Bahan yang terbuat dari serabut tumbuhan misalnya cotton, manila, hemp, linen dan rami. Sedangkan bahan yang terbuat dari serat hewan adalah wool dan sutera. Serabut buatan yang termasuk serat sintetis dapat memberikan keuntungan dalam pembuatan jarring.

A. Serabut alami
Linen, hemp dan rami merupakan serabut kulit pohon yang didapat dari jaringan kulit pohon.biasanya linen digunakan untuk pembuatan alat tangkap salmon gill net, rami digunakan untuk drift net dan hemp digunakan untuk trawl yang dipasang di sungai-sungai Eropa. Bahan sisal dan manila yang keras merupakan serabut daun yang diperoleh dari jaringan daun dan dasar daun dari suatu tanaman agave dan dari serat tanaman pisang. Bahan ini mempunyai sifat yang kasar terutama digunakan untuk bahan yang sifatnya keras dan kuat seperti bottom trawl. Sedangkan bahan katun yang tumbuh dari tanaman biji-bijian serabutnya sangat halus, karena sifatnya yang sangat halus maka tebal pintalan benang yang diperoleh dalam perdagangan berdiameter 0,2 mm. seperti bahan yang digunakan pada gill net.
Sifat umum yang dimiliki oleh serat alami menurut Rifianto (1975) antara lain :
1. Tidak tahan terhadap pengaruh pembusukan oleh bakteri
2. Mempunyai daya serap air yang besar
3. Tidak tahan terhadap perubahan cuaca
4. Elastisitas rendah
5. Bentuk serat umumnya pendek (staple fibre)
Pembusukan
Serabut yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian dari tanaman yang sudah mati dan terdiri atas cellulose. Bila kondisinya lembab atau terndam dalam air maka akan diserang oleh micro organisme pemakan cellulose dari jenis bakteri. Terdapat hubungan langsung antara jumlah serabut yang mengalami korosi pada benang katun dan hilangnya breaking strength sehingga penentuan dengan mikroskop mengenai presentase kerusakan serabut merupakan alat yang paling efektif untuk menentukan tingkat pembusukan sekaligus memperlihatkan sisa kekuatannya.
Terdapat empat faktor utama yang menentukan kecepatan pembusukan dari serabut selulose :
1. Jenis serabut
2. Suhu air
3. Daya pembusukan dari air
4. Lama perendaman dalam air
Menurut Rifianto (1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan serat selulosa adalah :
1. Jenis serat
2. Temperatur air
3. Kecepatan pergerakan air / arus
4. Kesuburan perairan
5. Lama perendaman dalam air
6. Frekuensi pemakaian alat
Berbagai macam jenis serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai daya ketahanan terhadap pembusukan yang berbeda-beda dan bertambah menurut urutan berikut : linen, hemp, rami, cotton, sisal, manila, dan coir. Kegiatan bakteri selulose terutama dipengaruhi oleh suhu air. Pada musim dingin pembusukan dari serat tumbuhan menjadi lebih lambat dibanding pada musim panas. Jarring di daerah tropis akan lebih cepat rusak. Air yang mengalir pada umumnya mempunyai daya pembusukan lebih besar dari pada air yang tenang.dalam air laut atau air tawar yang subur banyak mengandung bahan-bahan organic, kapur, pospor yang merupakan daerah yang banyak mengandung ikan, jarring dari bahan serabut tumbuhan yang tanpa pengawetan akan lebih cepat rusak.
Alat tangkap yang direndam di perairan dalam waktu yang lama akan lebih besar kemungkinan mengalami pembusukan dari pada bila hanya digunakan beberapa waktu tertentu saja. Kemungkinan pembusukan akan cepat terjadi pada alat tangkap yang berada di dasar, sehingga menempel pada lumpur busuk. Pembusukan akan terhenti bila jarring dikeringkan termasuk bagian dalam simpul-simpulnya.
Pencegahan terhadap pembusukan
Pada umumnya nelayan mengawetkan jarring dengan menggunakan bahan yang terdiri atas ter aspal , ter kayu, carbolin yang masing-masing dicampur dengan bensin atau minyak bensin dan sebagainya, atau diperlakukan dengan penyamakan larutan”catechu” atau ekstrak kulit kayu atau kayu pohon tertentu.
Terdapat dua cara yang dinilai mempunyai efesiensi tinggi, yaitu pengawetan dengan testalin dan pengawetan dengan menggunakan tannin plus potassium bichromate.
• Pengawetan dengan menggunakan Testalin
Jaring direbus selama 30 menit dalam larutan yang mengandung 2% bahan tannin dengan menambah 1% bahan coprous oxide ( testalin ). Setelah jarring dikeringkan, perlakuan ini diulang dengan menambah 2% tannin tetapi tanpa menambah testalin. Kemudian, selagi jarring masih basah dapat dimasukkan dalam carbolineum.
• Pengawetan dengan Tannin dan Potassium bichromate
Jaring direbus selama 30 menit dalam larutan yang mengandung 2% tannin. Setelah dikeringkan, jarring dimasukkan dalam larutan yang mengandung 3% potassium bichromateselama 1 jam. Sebelum dikeringkan, terlebih dahulu dibilas dengan air. Perlakuan ini diulang dengan menambah 2% tannin. Sebagai lanjutan jika jarring dimasukkan dalam carbolineum, maka akan diperoleh hasil ”tiga kali pencelupan” yang merupakan satu hasil pengawetan jarring yang terbaik dalam perikanan.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam pencapaian efisiensi pengawetan jarring :
1. Pengawetan terbaik sekalipun hanya dapat memperlambat pembusukan serabut tumbuh-tuimbuhan dalam air dan bukan untuk mencegahnya.
2. berbagai macam serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai reaksi yang berbeda terhadap pengawetan.
3. Pengawetan yang efisien memerlukan biaya dan tenaga yang tidak sedikit
4. pengawetan jarring dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh sampingan terhadap sifat fisik jarring, seperti : stiffness, fleksibilitas, ekstensibilitas, elastisitas, breaking strength, bobot jarring, warna, shrinkage dan diameter, yang harus dipertimbangkan karena hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna alat penangkapan ikan.
B. Serabut sintetis
Sintetis merupakan istilah ilmiah dan teknis untuk proses kimia dimana unsure-unsur kimia yang sederhana digabung menjadi susunan baru secara lengkap dan kompleks, sehingga mempunyai sifat-sifat baru yang semakin rumit dan sifatnya berbeda/berubah dari sifat semula. Serabut sintetis adalah serabut buatan dari bahan sintetis yang dapat dihasilkan bahan-bahan sederhana seperti phenol, benzene, acetylene, prussic acid, chlorine. Sedangkan serabut buatan dari bahan alami seperti selulose dan protein terbuat dari bahan yang lebih kompleks dan hanya dapat diubah menjadi bentuk serabut ( cellulose rayon, cellulose wool, protein rayon).
Bahan jarring yang terbuat dari serat sintetis diklasifikasikan menjadi 7 kelompok, yakni :
1. Pollyamide (PA) netting yarn
Lebih baik berasal dari continous filament khususnya untuk peralatan penangkapan ikan ; staple fibre juga dapat diperoleh ; monofilament terutama sebagai single filament tapi ada juga dipilin untuk dijadikan benang ; tidak ada berbentuk fibre.
2. Polyester (PES)
Terutama terbuat dari continous filament ; tidak ada split fibre.



3. Polyethilene (PE)
Umumnya terbuat dari monofilament, tidak dibuat dari staple fibre ; continous filament dan split fibre dapat digunakan tetapi tidak diperuntukan bagi alat penangkapan ikan.
4. Polypropelene (PP)
Terutama dibuat dari continous filament atau split fibre, monofilament cocok untuk tali .
5. Polyvinil Chloride (PVC)
Terutama terbuat dari continous filament disamping itu staple fibre juga dapat digunakan sedangkan split fibre tidak dapat.
6. Polyvinil chloride ( PVD)
Terutama monofilament dipilin, bukan split fibre.
7. Polyvinil Alcohol (PVA)
Terutama dibuat dari staple fibre disamping continous filament dan monofilament, sedangkan split fibre tidak.

Identifikasi jenis bahan jarring

 Pengamatan Visual
Salah satu test pengamatan bahan jarring adalah identifikasi visual. Karena untuk benang-benang jaring tidak semua kelompok kimia digunakan dalam semua tipe / jenis serat. Ada beberapa kemungkinan dalam menarik kesimpulan material sintetis. PE, misalnya tidak diproduksi sebagai continous filament dan serabut pendek dan sejauh ini hanya PP diproduksi untuk jaring dalam bentuk split fibre
 Uji Bakar
Dalam uji bakar ini hanya diperlukan suatu nyala api bersih (tanpa jelaga / asap) dan 2 pinset / jepit. Sumber nyala yang terbaik adalah bunsen burner atau jika persediaan gas tidak ada, lampu alcohol dan bahkan korek api dapat digunakan. Yang harus diperhatikan adalah reaksi bahan jaring dekat nyala api dan setelah dijauhkan / dikeluarkan dari nyala api, bau dari gas (asap) dan residunya.
Dahulu pengenalan serat-serat sintetis dalam dunia perikanan dengan test bakar sangat sering digunakan oleh para nelayan karena cara ini yang paling sederhana untuk membedakan serat sintetis dari cotton (katun). Katun dan serat tumbuhan yang lainnya dan juga sebagian besar serat yang dibuat orang dari bahan selulosa dengan cepat terbakar di dalam nyala api dan terus terbakar setelah dikeluarkan dari nyala api. Serat ini mempunyai teja (after glow), bau asapnya semacam / sama dengan bau kertas yang terbakar dan residunya terdiri dari sedikit abu yang indah. Yang dianggap serat sintetis di sini adalah thermoplastic.
 Uji Air
Dalam memulai identifikasi dengan uji air, sepotong benang jaring yang pendek disimpul dengan simpul over hand yang sederhana. Benang tersebut diletakkan ke dalam suatu bejana yang diisi air. Gelembung-gelembung udara di dalam material tersebut harus dikeluarkan dengan tangan di bawah air. Test air menghasilkan pengklasifikasian material jaring ke dalam dua kelompok yaitu serat sintetis yang terapung di dalam air (PE dan PP) dan serat sintetis yang tenggelam (selain PE dan PP).

Sistem Tex (Tex System)
Sistem tex merupakan system penomoran yang dianjurkan oleh ISO. Sistem ini menunjukkan kepadatan linier yang menyatakan massa bahan kain dalam suatu panjang tertentu dinyatakan dengan desimal dan mempergunakan satuan-satuan metrik. Satuan dasar dari sistem ini adalah “tex“. Kepadatan linier dalam “tex” menyatakan massa dalam gram dari 1 (satu) kilometer yarn. Satu tex menunjukkan bobot 1 gram bahan jarring dalam 1000 m (Klust, 1987).

Scuba Diving

Scuba diving adalah salah satu cara untuk memasuki dan menikmati keindahan alam di bawah laut. Untuk dapat menyelam, digunakan 2 cara yaitu: skin diving (snorkeling), dan scuba diving. Perbedaan dari keduanya antara lain:
 Scuba Diving
SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Biasanya dilakukan di bawah permukaan laut dengan kedalaman yang lebih dalam serta waktu penyelaman yang lebih lama, tetapi untuk dapat bertahan lama, maka dibutuhkan peralatan pendukung yang lengkap seperti : Regulator, BCD, Tank, dan peralatan lainnya. Untuk dapat menggunakan peralatan tersebut, diperlukan latihan khusus dan dibawah panduan instruktur secara langsung.
 Skin Diving
Umumnya hanya dilakukan di permukaan perairan dan pada kedalamam yang relatif dangkal, serta waktu penyelaman yang relatif terbatas, tergantung kemampuan seseorang menahan nafas.

Dengan mengikuti pelatihan selam yang benar dan tepat serta memilih seorang instruktur yang professional, maka kita akan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan kemampuan secara menyeluruh dan mendalam. Dalam pelatihan, diajarkan teori dan praktek yg berhubungan dengan penyelaman. Setelah mengikuti pelatihan, sertifikat penyelam akan diperoleh. Kegunaan dari sertifikat tersebut adalah dapat dijadikan bukti bahwa seseorang diperbolehkan menyelam, bahkan saat akan menyewa peralatanpun kita diharuskan memperlihatkan sertifikat ini.
Ada beberapa peralatan dasar scuba diving yang wajib diketahui baik fungsi maupun cara perawatannya. Beberapa jenis peralatan dasar scuba diving, yaitu:
 Mask
Mask berfungsi untuk memabuat kita dapat melihat dengan jelas saat berada di dalam air dan melindungi mata dari iritasi. Mask diperlukan saat menyelam karena tanpa menggunakan mask pandangan kita akan menjadi tidak jelas, kabur dan jangkauan penglihatan menjadi terbatas. Mata manusia membutuhkan udara untuk dapat melihat dengan jelas dan fokus terhadap suatu objek. Mask dibutuhkan untuk menciptakan ruang udara di sekitar mata, sehingga mata dapat melihat dengan jelas.
Dalam pemakaiannya, mask akan mengalami suatu tekanan hidrostatis. Keadaan ini tentunya akan mengakibatkan ketidaknyamanan pada kita. Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut adalah dengan cara ekualisasi, yaitu dengan cara menghembuskan udara kedalam mask melalui hidung, hal tersebut untuk menyetarakan tekanan disekitar mask.
Mask umumnya terbuat dari rubber atau bahan silikon plastik dan kaca pada mask terbuat dari bahan kaca tempered, yaitu bahan yang kuat dan tidak mudah tergores. Mask yang terbuat dari bahan silikon lebih baik dan tahan lama dibandingkan dengan yang berbahan karet. Selain itu bahan silikon juga lebih nyaman saat digunakan, karena bahan tersebut lembut dan menempel baik pada wajah. Bingkai atau frame pada mask terbuat dari bahan yang anti karat seperti plastik. Apabila anda bermata minus, maka terdapat juga mask pada bagian kacanya yang terbuat dari lensa korektif yang berfungsi seperti kaca mata minus.
Untuk perawatan masker cukup mudah, setelah digunakan, cuci mask tersebut dengan air bersih kemudian dikeringkan. Setelah itu simpanlah ditempat yang sejuk dan tidak terkena matahari.

 Snorkel
Snorkel adalah sebuah alat yang berbentuk seperti pipa berfungsi untuk bernafas di permukaan saat skin diving. Fungsi dari snorkel ini yaitu pada saat skin diving kita dapat bernafas dengan mudah tanpa harus mengangkat kepala keluar dari air. Snorkel juga dapat membuat kita lebih leluasa mengamati dan melihat keadaan bawah air. Penggunaan snorkel cukup mudah untuk dipahami. Ketika skin diving, apabila ada air yang masuk ke dalam ujung snorkel maka kita harus meniup supaya air tersebut keluar, sebelum kita mengeluarkan air dengan cara meniup, kita harus mengambil nafas terlebih dahulu.
 Fins
Fin atau biasa disebut juga sepatu katak berfungsi untuk membantu mobilitas di dalam air dan menambah efektifitas gerakan dengan usaha dan tenaga seminimal mungkin. Fin berfungsi untuk mendapatkan daya dorong ketika bergerak dan maju secara konstan. Fin ini memiliki 2 tipe yaitu jenis full foot dan open heel. Kedua jenis fin ini terbuat dari bahan seperti rubber, thermoplastic dan berbagai campuran bahan lainnya.
I. Full foot, tipe ini memiliki model yang sangat simpel karena penyelam dapat lansung memakai tanpa harus menggunakan boot terlebih dahulu. Fin full foot paling banyak digunakan terutama bagi yang menyukai skin diving dan faktor lain adalah harganya yang ekonomis dibanding jenis open heel.
II. Open heel : Tipe ini didesain untuk dipergunakan dengan boot/sepatu dan memiliki strap berupa pengikat yang bisa diatur sesuai ukuran kaki pemakai. Fin tipe ini memiliki bentuk yang kokoh dibanding full foot. Keunggulan jenis open heel adalah saat kita menyelam di daerah pantai, kita dapat berjalan dengan aman, sehingga kaki tidak akan menginjak karang atau terkena binatang laut.

 Boot atau sepatu diving
Penggunaan sepatu/boot saat scuba diving adalah untuk menghindari kaki lecet serta memperkokoh posisi pemakaian fin open heel dan yang paling penting adalah untuk menghindari kaki dari cedera saat berjalan di pantai yang banyak karang dan binatang laut yang berbahaya. Boot umumnya terbuat dari bahan neoprene.

 BCD(Bouyanci Compensato Device)
BCD berfungsi untuk mempertahankan daya apung positif / mengambang, saat berenang atau istirahat di permukaan, juga daya apung netral atau netral bouyancy saat kita sedang menyelam. Dengan menggunakan BCD kita dapat turun, naik dan mengapung di permukaan dengan mudah dan efisien sehingga tidak banyak menghabiskan tenaga.
BCD memiliki bagian-bagian yang harus diketahui dengan baik oleh pemakainya, bagian tersebut seperti penggunaan low pressure inflator misalnya saat membuang udara dalam BCD (deflate) untuk turun ke dalam dan inflate untuk mengapung di permukaan, cara memasang buckle dan strap yang ada pada BCD. Cara membuang kelebihan udara dengan menggunakan over pressure Relief Valve.
Terdapat 3 jenis BCD yaitu tipe front mount, back mounted dan jacket style, banyak digunakan adalah tipe jacket style. Untuk perawatan, setelah menyelam bagian dalam dan luar BCD harus dibersihkan dangan air yang bersih, kemudian keringkan dengan cara digantung di tempat yang teduh, setelah dikeringkan BCD disimpan. Sisakan sedikit udara didalamnya dan hindarilah BCD disimpan dengan keadaan dilipat atau terkena himpitan.

 Regulator
Regulator adalah alat untuk menyalurkan udara kepada penyelam dengan cara merubah tekanan tinggi dari tabung scuba menjadi udara yang bertekanan sesuai dengan kebutuhan penyelam (Intermediate Pressure). Terdapat beberapa bagian dan fungsi dari regulator, yaitu:
• First stage, yang berfungsi mengurangi tekanan tinggi pada tabung hingga tingkat menengah dan menjaga agar tekanan tetap konstan pada saat menyelam.
• Second stage, berfungsi mengurangi tekanan menengah pada selang regulator hingga mencapai tekanan yang sesuai sehingga mempermudah pernafasan saat menyelam.
• Purge Button atau katup pembuangan, digunakan untuk mengeluatkan dan membersihkan air yang masuk dari mouthplace pada second stage dengan cara memencet katup pada second stage.
• Alternate Airsource, alat ini lebih dikenal dengan nama octopus, alternate air source adalah second stage dengan selang (hose) yang lebih panjang dan terpasang pada first stage regulator, umumnya hose/selang terpasang pada first stage regulator, umumnya hose/selang pada alternate air source berwarna kuning, alat ini di pergunakan sebagai cadangan udara saat kita membantu mitra selain kita yang kehabisan udara saat dibawah air atau juga saat second stage yang kita gunakan bermasalah.
• Submersible pressure gauge, alat ini terdiri dari beberapa bagian seperti pressure gauge yang berfungsi sebagai alat pengukur kedalaman, terkadang juga ada yang terdapat kompas sebagai penunjuk arah di dalam console, jadi ketiga bagian alat tersebut disatukan dalam satu bagian yang berupa console. Sehabis dipakai regulator haruslah dirawat secara benar. Air kolam mengandung bahan seperti kaporit dapat merusak regulator jika tidak segera dibilas dengan bersih, begitu juga air laut yang banyak mengandung kadar garam bilaslah segera regulator dengan menyiram air bersih.jangan sekali-kali menekan purge button saat dibilas karena akan mengakibatkan air masuk ke dalam selang.pada lubang first stage yang harus ditutup untuk menghindari masuknya air.saat penyimpanan jangan sampai selang/hose tertekuk.

 Tank (Tabung)
Tabung scuba umumnya terbuat dari bahan seperti steel baja dan alumunium, tetapi saat ini tabung alumunium lebih banyak digunakan. Tabung yang terbuat dari alumunium akan lebih mempengaruhi daya apung dari pada tabung dari baja, perbedaan besar atau tabung yang kosong dengan yang masih berisi penuh, biasanya tabung alumunium memiliki daya apung negatif (tenggelam) sewaktu masih penuh dan kemudian saat tabung tersebut kosong akan berdaya apung positif (mengambang). Tabung memiliki katup silinder (valve) yang terhubung dan terpasang pada bagian atas, tabung katup tersebut akan dibuka pada saat tabung tersebut akan diperiksa. Perawatan tabung adalah dengan jalan mencucinya tiap kali habis dipakai untuk menghilangkan sisa-sisa air laut. Lindungilah tabung terhadap benturan-benturan baik pada saat transportasi maupun penyimpanan. Jangan menyimpan tabung di bawah sinar matahari atau tempat yang panas, karena udara dalam tabung akan mengembang dan melebihi tekanan yang diijinkan setelah dipakai, jadi letakkanlah tabung secara tegak berdiri, jangan sampai juga tabung dalam keadaan kosong sama sekali, karena jika udara dalam tabung kosong maka uap air akan masuk ke dalam tabung dan akan menyebabkan karat.

 Wet Suit (Pakaian Selam)
Wet suit adalah pakaian selam yang berfungsi untuk menjaga tubuh kita dari kehilangan panas secara cepat dan berlebihan, manfaat lainnya sebagai proteksi terhadap goresan karang maupun binatang laut dan juga berguna untuk melindungi kulit dari sengatan matahari secara langsung. Wet suit yang digunakan umumnya adalah jenis shorty, yaitu berlengan pendek dan ukuran kaki sebatas paha, serta jenis long, yaitu lengan panjang sebatas pergelangan tangan, dan panjang kaki sebatas pergelangan kaki. Ukuran ketebalannya pun bervariasi dari yang tipis sampai dengan yang tebal, dan bahan yang digunakan untuk wetsuit adalah terbuat dari bahan neoprene. Janganlah menggunakan yang terlalu sempit, sirkulasi serta gerakan kita akan terhambat menyebabkan ketidaknyamanan saat bergerak, sedangkan jika terlalu longgar air akan mudah bersirkulasi di dalamnya sehingga tubuh akan cepat dingin. Cara merawat wet suit adalah dicuci dengan air bersih, setelah dipakai dan kemudian digantung untuk mengeringkan, saat mengeringkan jangan diletakkan langsung dengan matahari, karena akan merusak bahan dari wet suit tersebut.

 Weight Belt (Pemberat)
Pemberat memiliki 2 model yaitu berbentuk sabuk dan integrated system atau pemberat yang tergabung posisinya di saku BCD. Sistem pemberat kedua-duanya telah di desain sedemikian rupa agar mudah untuk dilepas dari tubuh saat diperlukan atau dalam keadaan emergency. Jika kita menggunakan pemberat dengan sistem sabuk, maka cara membukanya harus secara quick release sehingga mudah dilepaskan untuk mendapatkan daya apung yang lebih besar. Apabila menggunakan sistem integrated pastikan juga kita dapat melepaskannya dengan tepat dan mengetahui letak posisinya.

 Dive Computer
Salah satu peralatan yang hanya dipakai oleh peselam yang memiliki tingkat financial yang tinggi. Komputer memonitor waktu penyelaman (bottom time) dan kedalaman kemudian melakukan perhitungan untuk no-decompression time selama kegiatan penyelaman berlangsung sehingga memudahkan penyelam dalam menentukan waktu untuk naik ke permukaan dan waktu untuk melakukan safety stop. Sesuai modelnya, beberapa dive computer juga memonitor ascent rate, suhu air dan tekanan tabung. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dive computer adalah mudah digunakan, memiliki fasilitas yang memadai dan mudah ditempatkan dimana saja, beberapa model dapat dipakai di pergelangan tangan. Saat ini dive computer memiliki teknologi yang semakin maju, bahkan dapat digunakan untuk kebutuhan diluar penyelaman.

Set Net

Pada saat ini nelayan dan pengusaha perikanan tangkap dipusingkan dengan harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi dan ditambah lagi semakin sulit atau jauh mencari daerah penangkapan ikan. Dengan keadaan seperti ini tentu sangat diperlukan untuk mencari alternatif jenis alat tangkap yang pengopeasiannya hemat energi (bahan bakar minyak) dimana set net kemungkinan dapat dikembangkan. Set net atau sero jarring adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan dan biasanya dioperasikan di perairan pantai. Ikan umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan ruaya ini kemudian dihadang oleh jaring set net kemudian ikan tersebut tergiring masuk ke dalam kantong. Ikan yang telah masuk ke dalam kantong umumnya akan mengalami kesulitan untuk keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah untuk ditangkap dengan cara mengangkat jarring kantong. Satu unit set net terdiri dari beberapa bagian yakni penaju (leader net), serambi (trap/play ground), ijeb-ijeb (entrance) dan kantong (bag/crib).
Jenis alat tangkap set net banyak dioperasikan oleh nelayan di Jepang sejak ratusan tahun yang lalu dengan berbagai ukuran yakni kecil, sedang, dan besar. Set net berukuran kecil umumnya dengan panjang penaju kurang dari 500 m dipasang pada kedalaman perairan kurang dari 20 m, sedang yang berukuran besar memiliki panjang penaju antara 4000-5000 m dan dipasang pada perairan dengan kedalaman antara 30 - 40 m. Berbagai jenis ikan yang tertangkap oleh set net di Jepang antara lain: sardine, ekor kuning, salmon, dan tuna. Produksi perikanan dari hasil tangkapan set net di Jepang dapat mencapai 3 % dari produksi total dari hasil tangkapan perikanan laut.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis alat tangkap sejenis set net seperti jermal, sero, ambai, belat dan perangkap lainnya. Perbedaan jenis alat tangkap ini dengan set net adalah bahan yang digunakan yakni sebagian besar dari bambu, kecuali bagian kantong yang terbuat dari jaring. Jenis ikan yang tertangkap juga berbeda dimana alat tangkap perangkap (trap) di Indonesia umumnya menangkap jenis ikan demersal seperti layur, petek dan sebagian jenis ikan pelagis seperti sardine dan tembang. Namun pada prinsipnya hampir sama yakni menghadang ruaya ikan kemudian diarahkan masuk ke dalam perangkap/trap dan akhirnya ke kantong.

Uji Coba Set Net di Indonesia
Perikanan set net di Indonesia baru dalam taraf penelitian atau uji coba dan belum dikembangkan oleh nelayan secara komersial. Uji coba alat set net pertama kali dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Laut/Balai Penelitian Perikanan Laut di perairan Pacitan Jawa Timur pada tahun 1981. Pada tahun yang sama dilakukan juga uji coba di perairan Bajanegara Banten, kemudian diikuti uji coba di Prigi Jawa Timur pada tahun 1982 dan di perairan Selat Sunda, Banten pada tahun 1990 dan 1993. Set net yang diujicoba berukuran relatif kecil dengan panjang penuju antara 100-300 m dan dipasang di perairan pantai dengan kedalaman kurang dari 10 m.
Pada saat uji coba dilakukan penangkatan hasil tangkapan ikan dari kantong setiap hari. Rata-rata hasil tangkapan ikan berkisar antara 20-30 kg/angkat. Hasil tangkapan tertinggi pernah mencapai 100 kg/angkat pada saat dilakukan uji coba di Pacitan. Jenis ikan yang tertangkap saat itu didominasi oleh ikan demersal yang beruaya mengikuti pergerakan pasang surut seperti ikan layur, petek, mata besar dan sebagian ikan pelagis sejenis sardine.
Selanjutnya kegiatan ujicoba set net juga dilakukan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap di perairan Sorong Papua Barat pada tahun 2006. Tipe set net yang diujicoba hampir sama dengan uji coba sebelumnya namun memiliki ukuran yang lebih besar (penaju sekitar 500 m) dan dipasang di perairan yang lebih dalam (lebih dari 20 m).

Kelebihan dan Kelemahan Set Net
Kelebihan
• Hemat bahan bakar karena alat dipasang menetap sehingga kapal tidak perlu berlayar jauh untuk mencari daerah penangkapan.
• Jaring set net yang terpasang di laut dapat digunakan sebagai tempat berlindung (shelter) ikan-ikan yang berukuran kecil sehingga tidak dimakan predator.
• Hasil tangkapan ikan relatif segar/masih hidup dan dapat diangkat/diambil sesuai dengan kebutuhan pasar.
• Mudah dipindahkan dibanding dgn jenis trap yang ada di Indonesia.
• Sangat sesuai untuk pengembangan usaha perikanan skala menengah kebawah.
Kelemahan
• Hasil tangkapan set net sangat tergantung pada ruaya ikan sehingga untuk memasang set net harus diketahui jalur ruaya ikan terlebih dulu.
• Jika digunakan penaju (lead net) cukup panjang akan mengganggu alur pelayaran kapal dan juga pengoperasian alat tangkap lain.
• Tidak semua ikan tertangkap di dalam kantong, kadang-kadang tertangkap juga secara “gilled or entangled” di bagian penaju (lead net) atau serambi (trap net) terutama yang menggunakan bahan jarring sehingga diperlukan pekerjaan tambahan untuk memeriksa bagian tersebut.
• Jaring harus sering dibersihkan terutama bagian kantong karena banyak ditempeli oleh kotoran dan teritip.

Kemungkinan Pengembangannya
Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km dengan berbagai teluk dan semenanjung. Dengan topografi seperti ini maka wilayah perairan laut Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan perikanan set net. . Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemasangan set antara lain: ketersedian sumber daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, pola ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, kondisi perairan dimana set net akan dipasang (topografi dasar, keadaan arus, pasang surut, dan gelombang).
Pengembangann alat tangkap set net sebaiknya dilakukan di wilayah perairan Indonesia bagian timur karena disamping alasan sumberdaya ikan yang masih tersedia dan juga apabila dipasang dengan ukuran yang besar tidak terlalu mengganggu arus pelayaran dan pengoperasian alat tangkap lain. Jika dikembangkan di wilayah Indonesia timur tinggal memikirkan bagaimana cara pemasaran hasil tangkapannya.

Flume Tank

Flume tank merupakan fasilitas saluran tangki yang digunakan untuk membantu perikanan yang berkaitan dengan pelatihan dan penelitian. Ujian seksi dipasang dengan jendela perspex sehingga memancing gears dan lainnya kendaraan / objek dapat dilihat dari sisi dengan menutup keterbukaan. Dapat juga untuk melihat item yang diuji dari overhead melalui perspex perahu. Jika kebutuhan itu, dimungkinkan untuk mensimulasikan angkatan darat oleh memanipulasi kecepatan ban berjalan dari lantai yang berjalan penuh panjang bagian ujian. Fasilitas rumah juga berbagai instrumen canggih (3D kecepatan pemeriksaan, ketegangan gauges, alur visualisasi peralatan, gerakan horisontal planar mekanisme kamera dan video) untuk data akuisisi.