Sabtu, 29 Mei 2010

Jaring

Jaring merupakan susunan mata jarring dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi yang di bentuk dari juraian atau gabungan suatu yarn atau system yarn yang terdiri atas satu system yarn atau lebih. Bahan pembuat jarring dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu bahan serabut alami (natural fibres) dan serabut buatan (man made fibres). Bahan yang terbuat dari serabut alami, dikatagorikan menjadi serat yang terbuat dari tumbuhan dan serat yang terbuat dari hewan. Bahan yang terbuat dari serabut tumbuhan misalnya cotton, manila, hemp, linen dan rami. Sedangkan bahan yang terbuat dari serat hewan adalah wool dan sutera. Serabut buatan yang termasuk serat sintetis dapat memberikan keuntungan dalam pembuatan jarring.

A. Serabut alami
Linen, hemp dan rami merupakan serabut kulit pohon yang didapat dari jaringan kulit pohon.biasanya linen digunakan untuk pembuatan alat tangkap salmon gill net, rami digunakan untuk drift net dan hemp digunakan untuk trawl yang dipasang di sungai-sungai Eropa. Bahan sisal dan manila yang keras merupakan serabut daun yang diperoleh dari jaringan daun dan dasar daun dari suatu tanaman agave dan dari serat tanaman pisang. Bahan ini mempunyai sifat yang kasar terutama digunakan untuk bahan yang sifatnya keras dan kuat seperti bottom trawl. Sedangkan bahan katun yang tumbuh dari tanaman biji-bijian serabutnya sangat halus, karena sifatnya yang sangat halus maka tebal pintalan benang yang diperoleh dalam perdagangan berdiameter 0,2 mm. seperti bahan yang digunakan pada gill net.
Sifat umum yang dimiliki oleh serat alami menurut Rifianto (1975) antara lain :
1. Tidak tahan terhadap pengaruh pembusukan oleh bakteri
2. Mempunyai daya serap air yang besar
3. Tidak tahan terhadap perubahan cuaca
4. Elastisitas rendah
5. Bentuk serat umumnya pendek (staple fibre)
Pembusukan
Serabut yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian dari tanaman yang sudah mati dan terdiri atas cellulose. Bila kondisinya lembab atau terndam dalam air maka akan diserang oleh micro organisme pemakan cellulose dari jenis bakteri. Terdapat hubungan langsung antara jumlah serabut yang mengalami korosi pada benang katun dan hilangnya breaking strength sehingga penentuan dengan mikroskop mengenai presentase kerusakan serabut merupakan alat yang paling efektif untuk menentukan tingkat pembusukan sekaligus memperlihatkan sisa kekuatannya.
Terdapat empat faktor utama yang menentukan kecepatan pembusukan dari serabut selulose :
1. Jenis serabut
2. Suhu air
3. Daya pembusukan dari air
4. Lama perendaman dalam air
Menurut Rifianto (1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan serat selulosa adalah :
1. Jenis serat
2. Temperatur air
3. Kecepatan pergerakan air / arus
4. Kesuburan perairan
5. Lama perendaman dalam air
6. Frekuensi pemakaian alat
Berbagai macam jenis serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai daya ketahanan terhadap pembusukan yang berbeda-beda dan bertambah menurut urutan berikut : linen, hemp, rami, cotton, sisal, manila, dan coir. Kegiatan bakteri selulose terutama dipengaruhi oleh suhu air. Pada musim dingin pembusukan dari serat tumbuhan menjadi lebih lambat dibanding pada musim panas. Jarring di daerah tropis akan lebih cepat rusak. Air yang mengalir pada umumnya mempunyai daya pembusukan lebih besar dari pada air yang tenang.dalam air laut atau air tawar yang subur banyak mengandung bahan-bahan organic, kapur, pospor yang merupakan daerah yang banyak mengandung ikan, jarring dari bahan serabut tumbuhan yang tanpa pengawetan akan lebih cepat rusak.
Alat tangkap yang direndam di perairan dalam waktu yang lama akan lebih besar kemungkinan mengalami pembusukan dari pada bila hanya digunakan beberapa waktu tertentu saja. Kemungkinan pembusukan akan cepat terjadi pada alat tangkap yang berada di dasar, sehingga menempel pada lumpur busuk. Pembusukan akan terhenti bila jarring dikeringkan termasuk bagian dalam simpul-simpulnya.
Pencegahan terhadap pembusukan
Pada umumnya nelayan mengawetkan jarring dengan menggunakan bahan yang terdiri atas ter aspal , ter kayu, carbolin yang masing-masing dicampur dengan bensin atau minyak bensin dan sebagainya, atau diperlakukan dengan penyamakan larutan”catechu” atau ekstrak kulit kayu atau kayu pohon tertentu.
Terdapat dua cara yang dinilai mempunyai efesiensi tinggi, yaitu pengawetan dengan testalin dan pengawetan dengan menggunakan tannin plus potassium bichromate.
• Pengawetan dengan menggunakan Testalin
Jaring direbus selama 30 menit dalam larutan yang mengandung 2% bahan tannin dengan menambah 1% bahan coprous oxide ( testalin ). Setelah jarring dikeringkan, perlakuan ini diulang dengan menambah 2% tannin tetapi tanpa menambah testalin. Kemudian, selagi jarring masih basah dapat dimasukkan dalam carbolineum.
• Pengawetan dengan Tannin dan Potassium bichromate
Jaring direbus selama 30 menit dalam larutan yang mengandung 2% tannin. Setelah dikeringkan, jarring dimasukkan dalam larutan yang mengandung 3% potassium bichromateselama 1 jam. Sebelum dikeringkan, terlebih dahulu dibilas dengan air. Perlakuan ini diulang dengan menambah 2% tannin. Sebagai lanjutan jika jarring dimasukkan dalam carbolineum, maka akan diperoleh hasil ”tiga kali pencelupan” yang merupakan satu hasil pengawetan jarring yang terbaik dalam perikanan.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam pencapaian efisiensi pengawetan jarring :
1. Pengawetan terbaik sekalipun hanya dapat memperlambat pembusukan serabut tumbuh-tuimbuhan dalam air dan bukan untuk mencegahnya.
2. berbagai macam serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai reaksi yang berbeda terhadap pengawetan.
3. Pengawetan yang efisien memerlukan biaya dan tenaga yang tidak sedikit
4. pengawetan jarring dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh sampingan terhadap sifat fisik jarring, seperti : stiffness, fleksibilitas, ekstensibilitas, elastisitas, breaking strength, bobot jarring, warna, shrinkage dan diameter, yang harus dipertimbangkan karena hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna alat penangkapan ikan.
B. Serabut sintetis
Sintetis merupakan istilah ilmiah dan teknis untuk proses kimia dimana unsure-unsur kimia yang sederhana digabung menjadi susunan baru secara lengkap dan kompleks, sehingga mempunyai sifat-sifat baru yang semakin rumit dan sifatnya berbeda/berubah dari sifat semula. Serabut sintetis adalah serabut buatan dari bahan sintetis yang dapat dihasilkan bahan-bahan sederhana seperti phenol, benzene, acetylene, prussic acid, chlorine. Sedangkan serabut buatan dari bahan alami seperti selulose dan protein terbuat dari bahan yang lebih kompleks dan hanya dapat diubah menjadi bentuk serabut ( cellulose rayon, cellulose wool, protein rayon).
Bahan jarring yang terbuat dari serat sintetis diklasifikasikan menjadi 7 kelompok, yakni :
1. Pollyamide (PA) netting yarn
Lebih baik berasal dari continous filament khususnya untuk peralatan penangkapan ikan ; staple fibre juga dapat diperoleh ; monofilament terutama sebagai single filament tapi ada juga dipilin untuk dijadikan benang ; tidak ada berbentuk fibre.
2. Polyester (PES)
Terutama terbuat dari continous filament ; tidak ada split fibre.



3. Polyethilene (PE)
Umumnya terbuat dari monofilament, tidak dibuat dari staple fibre ; continous filament dan split fibre dapat digunakan tetapi tidak diperuntukan bagi alat penangkapan ikan.
4. Polypropelene (PP)
Terutama dibuat dari continous filament atau split fibre, monofilament cocok untuk tali .
5. Polyvinil Chloride (PVC)
Terutama terbuat dari continous filament disamping itu staple fibre juga dapat digunakan sedangkan split fibre tidak dapat.
6. Polyvinil chloride ( PVD)
Terutama monofilament dipilin, bukan split fibre.
7. Polyvinil Alcohol (PVA)
Terutama dibuat dari staple fibre disamping continous filament dan monofilament, sedangkan split fibre tidak.

Identifikasi jenis bahan jarring

 Pengamatan Visual
Salah satu test pengamatan bahan jarring adalah identifikasi visual. Karena untuk benang-benang jaring tidak semua kelompok kimia digunakan dalam semua tipe / jenis serat. Ada beberapa kemungkinan dalam menarik kesimpulan material sintetis. PE, misalnya tidak diproduksi sebagai continous filament dan serabut pendek dan sejauh ini hanya PP diproduksi untuk jaring dalam bentuk split fibre
 Uji Bakar
Dalam uji bakar ini hanya diperlukan suatu nyala api bersih (tanpa jelaga / asap) dan 2 pinset / jepit. Sumber nyala yang terbaik adalah bunsen burner atau jika persediaan gas tidak ada, lampu alcohol dan bahkan korek api dapat digunakan. Yang harus diperhatikan adalah reaksi bahan jaring dekat nyala api dan setelah dijauhkan / dikeluarkan dari nyala api, bau dari gas (asap) dan residunya.
Dahulu pengenalan serat-serat sintetis dalam dunia perikanan dengan test bakar sangat sering digunakan oleh para nelayan karena cara ini yang paling sederhana untuk membedakan serat sintetis dari cotton (katun). Katun dan serat tumbuhan yang lainnya dan juga sebagian besar serat yang dibuat orang dari bahan selulosa dengan cepat terbakar di dalam nyala api dan terus terbakar setelah dikeluarkan dari nyala api. Serat ini mempunyai teja (after glow), bau asapnya semacam / sama dengan bau kertas yang terbakar dan residunya terdiri dari sedikit abu yang indah. Yang dianggap serat sintetis di sini adalah thermoplastic.
 Uji Air
Dalam memulai identifikasi dengan uji air, sepotong benang jaring yang pendek disimpul dengan simpul over hand yang sederhana. Benang tersebut diletakkan ke dalam suatu bejana yang diisi air. Gelembung-gelembung udara di dalam material tersebut harus dikeluarkan dengan tangan di bawah air. Test air menghasilkan pengklasifikasian material jaring ke dalam dua kelompok yaitu serat sintetis yang terapung di dalam air (PE dan PP) dan serat sintetis yang tenggelam (selain PE dan PP).

Sistem Tex (Tex System)
Sistem tex merupakan system penomoran yang dianjurkan oleh ISO. Sistem ini menunjukkan kepadatan linier yang menyatakan massa bahan kain dalam suatu panjang tertentu dinyatakan dengan desimal dan mempergunakan satuan-satuan metrik. Satuan dasar dari sistem ini adalah “tex“. Kepadatan linier dalam “tex” menyatakan massa dalam gram dari 1 (satu) kilometer yarn. Satu tex menunjukkan bobot 1 gram bahan jarring dalam 1000 m (Klust, 1987).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar