Sabtu, 29 Mei 2010

Suhu

Suhu merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda yang menentukan banyaknya bahang yang dihasilkan oleh energi kinetika rata-rata atau kecepatan molekuler dan arah aliran bahang ketika benda tersebut berada pada kontak panas dengan benda lain. Bahang mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah (Hutagalung 1988). Fungsi dari suhu di perairan laut sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan ada tidaknya perubahan suatu ekologi, suhu di lautan sangat dipengaruhi oleh pergerakan massa air laut.
Sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dari bumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.003 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini sampai ke permukaan laut dan akan diserap oleh massa air (Dietrich, 1976). Daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Keadaan suhu pada umumnya Teluk Palabuhan Ratu dan sekitarnya berkisar antara 28oC sampai 31oC sebagaimana suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Pada Teluk Palabuhan Ratu variasi suhu lapisan permukaan adalah 21oC (Pariwono et al. 1988).
Di perairan Indonesia sebaran suhu secara vertikal terbagi atas tiga lapisan, yaitu lapisan hangat di bagian paling atas (lapisan epilimnion) dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin (lapisan hipolimnion) di mana suhu air laut konstan sebesar 4oC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1oC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji 1987).












Gambar 2. Sebaran Suhu Vertikal
Sumber: Russell (2007)
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suatu perairan suhu akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam perairan (Hutagalung 1988). Perubahan suhu air laut berdasarkan kedalaman dipengaruhi variabilitas terhadap jumlah bahang ruang yang diserap, efek dari kondisi bahang, perpindahan massa air laut, dan gerakan menegak massa air laut (King 1983).
Distribusi suhu horizontal pada perairan samudera bervariasi sesuai dengan garis lintang (Nybakken, 1988). Secara horizontal, suhu semakin rendah seiring dengan meningkatnya lintang di bumi. Daerah-daerah yang paling banyak menerima bahang adalah daerah-daerah yang terletak pada 10o LU-10o LS. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi akan ditemukan di daerah sekitar khatulistiwa. Jumlah bahang yang diserap oleh air laut pada suatu lokasi semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub atau dengan kata lain lokasi yang letak lintangnya semakin tinggi (Hutabarat 1986).













Gambar 3. Sebaran Melintang Suhu Permukaan
Sumber : Anonim 2007
Suhu permukaan air dipengaruhi oleh kondisi meteorologis. Faktor-faktor yang berperan antara lain curah hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, kecepatan angin, intensitas radiasi matahari. Kondisi suhu permukaan laut juga sangat bergantung pada dinamika gerakan masaa air laut, yaitu pola arus permukaan, naiknya massa air (up welling), divergensi, dan konvergensi, turbulensi, serta sirkulasi global dari lintang tinggi ke lintang rendah dan sebaliknya (Davis 1991). Faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara dan penutupan awan (Hutabarat et al. 1986). Suhu di bawah permukaan air laut berubah menurut kedalaman, sirkulasi udara, turbulensi, letak geografis, dan jarak dari sumber penghasil bahang seperti gunung vulkanik (Dietrich 1976).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar